Mewujudkan Mimpi Bukan Dipandang dari Latar Belakang Ekonomi Keluarga Tetapi Dipandang dari Kemauan Kita
Penulis pernah mendengar satu kisah cerita yang sangat memotivasi penulis.
Mungkin anda juga bisa termotivasi dengan cerita penulis kali ini.
Alecia adalah putri satu-satunya di keluarga yang begitu sederhana. Keluarga mereka masih termasuk jenis keluarga bawahan.
Alecia memiliki orangtua yang begitu luar biasa bagi hidupnya, dia tetap bersyukur memiliki keluarga yang begitu sederhana ini.
Orangtua Alecia hanya petani sederhana di desanya, karena orangtua Alecia tidak dapat meneyesaikan study mereka.
Tetapi, Alecia mempunyai prinsip ingin mengubah kuadrat keluarganya, ingin membanggakan kedua orangtuanya.
Ia memiliki 2 saudara laki-laki yang begitu sangat menyayangi Alecia. Setiap hari Alecia mendoakan keluarga sederhana mereka.
Kisah cerita tentang keluarga Alecia yang sangat menyedihkan sekali yang pernah penulis dengar adalah pada saat Alecia duduk di kelas 3 SMP.
Pada saat itu Alecia sangat sibuk dengan studynya untuk berjuang. Ia ingin memasukki sekolah SMA negeri. Ia sangat percaya bahwa ia bisa melalui semua itu dangan baik. Ia tidak memikirkan bagaimana keadaan ekonomi orangtuanya untuk tetap meneruskan sekolahnya. Bahwa ia punya prinsip yang begitu kuat ketika ia mulai duduk di kelas 6 SD. Ia terus tanamkan prinsip itu dalam dirinya bahwa ia bisa mengubah pandangan orang-orang yang ada disekitarnya terhadap kelurganya. Walaupun Alecia sibuk dengan sekolahnya mulai dari SD, ia juga selalu sibuk dengan membantu kedua orangtuanya. Setiap pulang sekolah, Alecia pergi ke kebunnya untuk membantu kedua orangtuanya.
Ketika awal masuk kelas 3 SMP, sekitar bulan sembilan, ayah Alecia jatuh sakit. Ayah Alecia mengalami penyakit STROKE karena efek berpikir yang keras. Pada saat itu, ayah Alecia dirawat beberapa hari dirumah sakit yang ada di kotanya. Alecia sangat sedih dengan hal itu, ia sangat terkejut dengan kejadian yang terjadi di keluarganya.
Ayah Alecia sudah sembuh total dari penyakit yang ia alami setelah ia menjalani masa pengobatan selama 2 bulan. Alecia sangat bersyukur dan bersyukur karna semua itu adalah karena anugrah Tuhan.
Ketika Ayah Alecia sembuh total dari penyakit, ia tetap berusaha kembali untuk bekerja demi anak-anaknya. Ia kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa pergi ke kebunnya.
Dan pada saat itu jugalah Ayah Alecia kembali jatuh sakit lagi. Dan penyakit yang ia alami pada saat itu lebih parah dari sebelumnya. Semua keluarga Alecia sibuk dengan pengobatan ayah Alecia. Mereka berusaha sekali mengobati ayah Alecia.
Mulai pada saat itulah Ayah Alecia tidak dapat lagi berjalan dengan sempurna. Alecia sangat kecewa dengan hal itu. Alecia menganggap hidup ini tidak adil baginya.
Sampai Alecia duduk dikelas 1 SMA, ayah Alecia tetap mengalami penyakit yang sama. Alecia juga bersyukur bahwa Tuhan Membuka jalan bagi sekolahnya. Tuhan mengizinkan dia masuk ke SMA negeri.
Pada saat Ayah Alecia jatuh sakit yang kedua kalinya, Ayah Alecia dirawat dirumah sakit sebanyak 3 kali sampai ia duduk di bangku kelas 1 SMA. Ketika Ayah Alecia dirawat dirumah sakit, Alecia dan saudara laki-lakinya selalu bergantian untuk menjaga ayahnya. Ibunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Ibunya adalah seorang wanita yang tangguh, wanita yang luar biasa yang ia pernah ia kenal. ia sangat bersyukur memiliki seorang ibu yang sangat menyayangi keluarganya.
Walaupun ayah Alecia tidak bisa sembuh total, ia tidak pernah putus asa dalam sekolahnya. ia tetap berjuang untuk meraih cita-citanya. Ia pernah berpikir ketika ia duduk di kelas 2 SMA " Mungkin ini rencana Tuhan yang lebih indah dalam hidupku,mungkin ini beban yang harus aku pikul, ini pergumulanku pada Tuhan". Ia selalu mendoakan ayahnya agar diberi kesehatan yang sempurna. Dan mendokan ibunya agar diberi kekuatan baru untuk dapat menghadapi segala tantangan yang ada.
Ia tetap bersemangat menjalani aktivitasnya disekolah, ia terus berjuang dan berjuang.
Ketika ia duduk di kelas 3 SMA, ia mengikuti kursus (belajar tambahan) diluar sekolah.
Ia ingin meneruskan sekolahnya ke Perguruan Tinggi Negeri(PTN)
Ia tahu, bukan karena ekonomi orangtua nya yang begitu rendah, ia tidak bisa meneruskan sekolahnya.
Ia tahu akan ada banyak beasiswa di Perguruan Tinggi Negeri nantinya, karena ia punya mimpi yang tinggi.
Akhir dari kelas 3 SMA, Alecia sangat sibuk dengan sekolahnya. Ia sibuk mengurus berkas-berkas untuk melanjut ke Perguruan Tinggi Negeri. Orangtuanya mengizinkan Alecia meneruskan sekolah. Walaupun Ayah Alecia tidak bisa lagi bekerja seperti biasanya mulai Alecia duduk di akhir kelas 3 SMP. Tapi bagi Alecia, ayahnya adalah seorang motivator dalam ia berjuang. Ibunya berusaha sekali memanuhi kebutuhan sekolah putri satu-satunya itu. Ia tidak ingin menghalangi cita-cita putrinya.
Alecia pun tamat dari sekolahnya, ia langsung kursus lagi di luar kota untuk persiapan mengikuti segala ujian untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Alecia mengikuti jalur dari sekolah (Jalur Undang) dan mengikti jalur tes (jalur Tertulis). Ia sangat bersemangat dalam meraih cita dan masa depannya. Ia berharap sekali dapat meneteskan air mata bahagia dengan memeluk kedua orangtuanya atas kelulusannya masuk PTN.
Singkat cerita, Apakah akhirnya benar-benar alecia meneteskan air mata kebahagian itu??
Alecia meneteskan air mata kesedihan. Di PTN manapun Alecia tidak diterima. Alecia sangat kecewa, benar-benar kecewa. Ia berpikir perjuangannya selama ini semua sia-sia. Ia sudah banyak menghabiskan uang orangtuanya demi persiapan masuk ke PTN, ia putus asa dalam segalanya.
Alecia sangat takut Ayahnya menjadi kepikiran bahwa ia tidak lulus dimanapun. Tetapi ibunya masih tetap memotivasi putrinya agar tidak putus, masih banyak jalan yang bisa membuat ia sukses.
Akhirnya Alecia bangkit lagi. Ia berusaha melawan acu tak acuhya. Alecia berprinsip ia harus tetap kuliah. Ibunya dan ayahnya selalu mendukung putirnya agar tidak mengalami stres. Alecia mencari informasi tentang perkuliahan. Akhirnya ia mencoba , tapi semangatnya tidak seperti semangat yang ia milki dulu. Ketika Alecia mencoba tempat kuliah yang ia dapat. Singkat cerita, Akhirnya Alecia lulus dengan pilihan pertamanya di kampus itu. Ia sangat bersyukur akan hal itu.
Tapi ketika Alecia masuk, ia tidak begitu senang. Kenapa?
Karena ia tidak pernah berpikir dengan kuliah di kampus itu dengan jurusan yang terbaik, di kenakan dengan biaya yang cukup tinggi. Pertama Alecia berpikir, ia tidak mau melanjutkan kulaih dengan membebani ibunya yang tinggal satu-satunya memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya, karena ayahnya juga tidak bisa lagi membantu ibunya menyekolahkan putrinya.
Tetapi ibunya tidak ingin putrinya menganggur, tidak ingin putrinya jatuh sakit atau stress. Ia tetap menyuruh Alecia melajutkan kuliah itu. Dengan berat hati, Alecia pun melanjutkan kuliahnya dengan seizin ibunya. Ia sangat menyayangi ibunya. Alecia percaya, Tuhan pasti membuka jalan bagi ibunya, pasti memberi berkat yang luar biasa. Alecia tidak pernah bosan mendoakan kedua orangtuanya.
Saat ini, Alecia sedang kuliah diluar kota dengan biaya yang cukup tinggi, bisa dibilang biaya kuliah Alecia hampir menyerupai uang kuliah seorang dokter (Alecia mengambil Jurusan yang bekerjasama dengan luar negeri). Satu kebanggaan bagi orangtuanya, bahwa Alecia dapat mengambil jurusan yang baik. Alecia tetap selalu berusaha bisa membanggakan kedua orangtuanya.
Penulis sangat terharu ketika mendengar cerita tentang perjuangan Alecia. Saya sebagai penulis mengambil hal yang positif dari perjuangan Alecia “ Walaupun Ayah Alecia sakit, dan tidak bisa lagi bekerja untuk menyekolahkan Alecia, Tapi Alecia tetap berjuang untuk tetap bisa Kuliah seperti yang ia mimpikan”.
Penulis juga salut melihat ibu Alecia yang berjuang sendiri demi suaminya yang sakit, dan anak-anaknya yang masih sekolah.
Penulis Berharap Alecia dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik, dan bisa menjadi motivator bagi orang-orang disekitarnya.
Penulis ingin menyampaikan apa yang dapat kita pelajari dari kehidupan Alecia:
1. Berjuang
2. Tidak Pantang Menyerah
3. Bersemangat
4. Tidak Mengandalkan Kekuatannya
5. Selalu Bersyukur Atas Hidupnya
6. Melakukan yang terbaik
Penulis: Rohani Natalia
E-mail: Rohanisembiring20@gmail.com