Kisah Hidupmu, Cerita Hidupku

Kado Terburuk Di Usiaku Yang Ke-18 Tahun

Artikel terkait : Kado Terburuk Di Usiaku Yang Ke-18 Tahun

Tepat tanggal, 18 Desember 1998 saya lahir di dunia. Sekitar umur 3 bulan saya di asuh oleh kakek-nenek. Sejak saat itulah cerita tergores rapi disetiap lembar kisah hidupku.

Silahkan Disimak!!!


Kakek-nenek merawatku dengan kasih sayang yang luar biasa, mereka memperlakukanku layaknya bidadari kecil yang begitu mereka sayangi. Mereka memandikanku, menemaniku setiap malam ketika aku merengek karena tidak bisa tidur. Kasih sayang mereka mengiringi pertumbuhanku. Ketika berumur 3 tahun aku sangat bergantung dengan mereka, saat itu aku ikut kemanapun mereka pergi karena aku sangat takut jika kehilangan mereka.

Singkat cerita, di umur 9 tahun mulai kulihat kakek-nenek sering sakit-sakitan dan semakin beranjak tua. Pada saat itu aku mulai mengambil peranku, semua pekerjaan rumah aku kerjakan dan di umur yang masih sangat mudah aku mulai berperan layaknya seorang ibu, ayah, dan sekaligus cucu di rumah karena kakek-nenek semakin tua. Hal tersebut menjadikanku lebih dewasa dari umurku. Aku benar-benar membagi waktu untuk sekolah dan pekerjaan rumah sekaligus merawat kakek-nenek. Meski demikian aku tidak pernah tertinggal dalam belajar karena aku berusaha giat belajar dan kutanamkan dalam diri bahwa aku harus berprestasi agar kakek-nenek bangga denganku sehingga perjuangannya tidak sia-sia. 

Pada saat umur 10 tahun aku mulai memikirkan hal apa yang akan aku lakukan dimasa yang akan datang. Aku mulai belajar dengan orang-orang yang ada disekelilingku. Setelah melihat bahwa hidup tidak semudah yang ku bayangkan akhirnya di usiaku yang masih berumur 10 tahun ku mulai menyusun project of life. Saat itu aku menyusun perencanaan tentang masa depanku. Semuanya masih ku ingat bahwa saat itu aku ingin sekali menjadi seorang dokter karena melihat kakek dan nenek yang sakit-sakitan sehingga aku ingin menyembuhkan  mereka. Sejak saat ini lah sejuta mimpi akan kugapai, aku mulai memikirkan untuk menjadi seseorang yang berbeda dengan yang lain. Kakek-nenek memberiku semangat yang luar biasa sehingga mereka tidak pernah menghalangi jalanku dan mereka tidak pernah memberikan tekanan. Aku masih sangat mengingat kata-kata mereka “jadilah apa yang kau inginkan dan kejarlah mimpi yang ingin kau gapai“. Mereka memberiku kepercayaan sehingga aku merasa bisa menjadi diriku sendiri. Saat itu aku mulai berfokus untuk belajar karena ingin menjadi seorang dokter. Namun, ketika aku berumur 13 tahun (kelas 1 SMA) aku mulai aktif untuk mengembangkan diriku. Aku mulai mengikuti banyak kegiatan dan saat itu aku mengambil 7 organisasi sehingga aku sering mengkuti kegiatan di luar dan kurasakan bahwa aku tidak lagi memiliki banyak waktu bersama kakek-nenek. Rasa sedih dan penyesalan mulai menghantuiku hingga ku beranikan diri untuk menanyakan kepada kakek-nenek apakah mereka terganggu dengan hal itu, namun mereka lagi-lagi mengatakan“ kami tidak apa-apa, kejarlah mimpimu dan jadilah kebanggaan kami“. Kata-kata itu sangat berkesan bagiku hingga pada akhirnya kuputuskan untuk membagi waktu untuk kakek-nenek dan kegiatan sekolah karena tak ingin juga rasanya jauh dari mereka, takut tergantikan menjadi cucu kesayangan di hati kakek-nenek.

Seiring waktu berlalu, di umur 14 tahun aku mulai mengenal diriku dan ternyata aku mulai menyadari bahwa menjadi dokter bukanlah sesuatu yang kuinginkan dan profesi itu tidak cocok untukku. Akhirnya ku putuskan untuk merombak project of life yang telah ku buat dan ku gugurkan harapanku untuk mengenakan jas putih dalam profesiku. Sejak saat itu ku cari tahu apa sebenarnya yang ku inginkan dan akhirnya ku menemukannya yaitu menjadi seorang PSIKOLOG. Saat pendaftaran untuk masuk perguruan tinggi aku memilih jurusan Psikologi sebagai pilihan pertama, namun banyak yang menentangku mengambil jurusan itu tapi sedikitpun aku tak pernah goyah. Aku tetap menjadikan sebagai pilihan pertama dan pada akhirnya setelah pengumuman ternyata aku lulus di jurusan tersebut di sebuah perguruan tinggi ternama di Makassar. Sungguh hati sangat gembira dan berusaha untuk meyakinkan mereka yang tidak setuju bahwa itu adalah jalanku dan aku menginginkan itu karena aku tidak ingin sesuatu yang besar dalam hidupku di tentukan oleh orang lain dan pada akhirnya meraka semua setuju.
Aku menjalani peran baruku menjadi mahasiswa, ku tinggalkan kedua pahlawaku yang semakin tua renta untuk mengejar mimpiku. Meninggalkan mereka membuahkan penyesalan bagiku karena aku yakin mereka sangat membutuhkanku mereka ingin aku berada di dekatnya. Penyesalan itu semakin menghantuiku dan aku sangat takut kehilangan meraka sehingga setiap kali libur semester semua waktuku untuk mereka, aku ingin mengabdi kepada mereka karena hanya itu kesempatanku. Di usia mereka yang sudah hampir 100 tahun mereka tidak lagi seperti dulu. Mereka kembali seperti anak kecil yang semua kemauannya ingin di turuti, tapi tak pernah sedikitpun aku merasa bosan merawat mereka karena hal yang kulakukan saat ini tidak sebanding dengan apa yang telah mereka lakukan selama 16 tahun. 

Namun, pada tahun 2016, saat itu aku tepat berumur 18 tahun. Aku harus kehilangan salah satu dari pahlawanku. Kakek meninggal dunia 8 hari setelah hari ulang tahunku. Kado terburuk yang pernah kudapatkan selama hidupku. Sungguh ketakutanku selama ini terjadi dan Aku benar-benar kehilangan pria tangguh yang selalu menjadi tempatku untuk bersandar. Pria yang pertama kali mengajariku cinta, pria yang bahkan tak pernah memarahiku, dan Pria yang berjuang membesarkanku hingga aku berada dititik ini. Hal tersebut begitu membuatku kehilangan semangat, aku bahkan lupa memikirkan diriku sendiri. Semua itu terjadi karena aku begitu mencintainya, aku begitu menyayanginya sebagaimana dia menyayangiku hingga aku tak ingin kehilangannya. Mungkin jalan ini adalah cara Allah untuk mengambilnya, hanya saja aku butuh waktu untuk mengikhlaskannya. Sangat berat untuk melewati masa ini hingga membuat dadaku begitu sesak dan seolah jantung berhenti memompa darahku. Sampai detik ini aku masih berusaha untuk melewati masa terberat dalam hidupku.

INSIGHT : Orang yang sudah tua (lansia) tidak menginginkan banyak hal tapi mereka hanya ingin perhatian, kasih sayang dan teman cerita bagi mereka. Semangat hidup yang mereka miliki berasal dari orang terdekat. Mari kita sayangi mereka, memperlakukan mereka dengan baik dan memaklumi mereka yang terlalu banyak cerita sehingga kadang menjengkelkan (faktor umur yang menyebabkan mereka seperti itu). Selain itu, dalam menjalani sebuah kehidupan jika kita ditakdirkan untuk bertemu maka kita juga ditakdirkan untuk berpisah. Namun, hal yang paling sulit dalam hidup kita adalah belajar melepaskan yang telah pergi. Sulit, sangat sulit tapi semua butuh waktu agar kita benar-benar bisa mengikhlaskan semuanya dengan membiarkan semua kenangan menari dalam pikiran.

Ditulis oleh: Novi Susanti - nofiyadeluppi@gmail.com

Artikel Kisah Cerita Lainnya :

Copyright © 2015 Kisah Cerita | Design by Bamz