Jerat Kapitalisme Terhadap Wanita
Berbeda jalan ceritanya jika kaum wanita dibesarkan dan dididik dalam naungan Islam. Hal ini dibuktikan dengan besarnya bentuk penghargaan Islam kepada makhluk bernama wanita, mulai dari buaian ibu hingga akhir hayatnya. Ketika wanita lahir ke dunia sudah dijamin penghidupannya oleh kedua orangtua hingga ia memilih untuk melanjutkan hidup dengan pasangannya. Kemudian ketika sudah menikah, tanggung jawab menghidupi wanita berada di pundak suami hingga akhir kehidupan wanita. Sungguh betapa dimuliakan dan dimudahkan wanita oleh Islam.
saat bulan februari tiba kaum remaja wanita Muslim bersuka cita menyambutnya sebagai hari kasih sayang, yaitu hari Valentine. Mereka secara halus telah dipaksa mengikuti tradisi yang sebenarnya tidak ada akar historisnya dalam Islam. Cokelat dan kondom menjadi barang musiman yang laris manis diborong waktu malam Hari H. Para remaja sekali lagi menjadi budak-budak tren global agar tidak dibilang “katrox” alias ketinggalan zaman. Pertanyaanya, siapa yang diuntungkan dari semua ini? Tentu saja para pemodal jahat yang orientasinya selalu pasar, uang dan modal. Inilah prinsip kapitalis, sang parasit kehidupan.Melihat permasalahan di atas, tidak ada cara dan solusi yang lebih tepat untuk menyelamatkan kehormatan dan kemuliaan kaum wanita selain ideologi yang secara fitrah dimiliki oleh setiap manusia yang lahir ke dunia, yaitu ideologi Islam. Hanya Islamlah yang dapat memanjakan wanita, karena sesungguhnya wanita ingin dimanja dan dimengerti. Meskipun Islam telah ada di dada mereka, sayangnya Islam belum ada di negara mereka.
Oleh karena itu, mari kaum wanita di seluruh negeri, kita mengembalikan Islam pada tempat sesungguhnya. Ada di hati setiap umat dan tercermin dalam institusi negara. Yakinlah bahwa hanya Islam yang mampu menghargai eksistensi kalian sebagai wanita dan manusia. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.
Ditulis oleh: Emma Lucya Fitriani; Ketua Divisi PSDM BASIC, Lembaga Pers Mahasiswa MIPA UNIBRAW, Malang.
