Mengharukan, Tentang Perjuangan Ibu: Pahitnya nasibku
mata pencarian ibuku hanya setiap harinya hanya berbekal sebilah pisau dan galah bambu, karna memang tak ada peninggalan ayah yang berharga. dengan galah dan pisau itu ibuku berusaha mengambil daun pisang dari kebun orang yang kadang di beli dengan harga murah atau sekedar jadi imbalan membersihkan kebun mereka, dan banyak juga yang simpati atas keadaan kami sehingga tiap orang panen kami selalu di beri zakat beras.
dalam keluargaku hanya aku yang lulus SD dan selalu ranking pertama dikelasku. ibuku selalu tersenyum bila aku pulang bawa rapotku dengan nilai bagus.
pukul 3 pagi ibuku selalu pergi kepasar membawa daun pisang menaiki becak dengan perjalanan kepasar 4 jam dari rumah. ibu selalu berpesan saat dia berangkat kepasar, kalau adik jangan dibiarkan nangis bahkan adek jangan dibiarkan melihat orang lagi makan.
aku selalu bawa adikku kesekolah karna takut dia nangis kalau aku tinggal dirumah sendirian, karna waktu itu rumah tetangga sling berjauhan. Namun sebelum berangkat, ibuku tak pernah lupa untuk membungkuskan aku 2 potong ubi atau jagung kering yang digoreng tanpa minyak.
Baca juga : Terima Kasih Adikku, Kau Pahlawan Bagi Kami
disekolah aku sering jadi ejekan teman-temanku, karna baju dan rok yang kupakai banyak sekali jaitan sana jait sini, bahkan tak pernah diganti, karna Kami memang tak punya uang untuk membeli pakaian baru, untuk makan saja susah apalagi untuk membeli seragam baru, apalagi penghasilan ibuku cuma dibayar dengan sekilo beras sehari.
kadang aku nangis karna malu sama ejekan temanku yang bilang aku kaki ayam tak pernah pakai sepatu. saudaraku rata-rata berhenti sekolah karna uang SPP yang tak bisa dibayar ibu, sedangkan aku bisa bersekolah karena yang bayar SPPku istri pak guru, karna tiap hari kalu bel keluar main aku kerumahnya untuk cuci piring dan periuknya sambil aku jaga adik ku. karna rumahnya didalam area sekolahku.
saat aku kelas 1 SD aku masih ingat betul masa itu. tepatnya hari minggu lebaran 3 hari lagi. pagi itu mendung, ibu mengajakku ke kebun untuk ambil daun pisang, ya aku ikut aja ma adikku. pas tengah asik2nya aku main dekat api yang dibuat ibu agar kami gak digigit nyamuk. hujan turun deras sekali, aku dan adiku nangis karna gak ada tempat berteduh ibuku cepat2 lari kasih daun pisang untuk berteduh, saking buru-burunya memotong daun pisang tangan ibuku nyaris putus kena pisau. ibuku nangis karna kesakitan dan aku juga gak tau harus berbuat apa.
bila ku ingat masa-masa itu aku sering menangis, dan saat sekarang aku sudah dewasa aku ingin membahagiakan ibuku apa pun caranya yang penting halal dan tak berlawanan dengan hukum agama. saat ini Aku jauh dari ibu dan adikku sekarang berada di negri orang jadi pekerja kebun.
ibu aku rindu
adik aku rindu
semoga kita bisa berkumpul kembali
Dikirm Oleh Nurma Rara Shakyra